Pangan Rekayasa Genetika Lebih Unggul
Rekayasa genetika pada tumbuhan yang kelihatannya bagi banyak orang berbahaya, ternyata mengandung lebih kaya zat gizi dan lebih mampu mencegah penyakit kanker dan penyakit lainnya. Demikian temuan pada dua penelitian dari Amerika Serikat
Rekayasa genetika pada tumbuhan yang kelihatannya bagi banyak orang berbahaya, ternyata mengandung lebih kaya zat gizi dan lebih mampu mencegah penyakit kanker dan penyakit lainnya. Demikian temuan pada dua penelitian dari Amerika Serikat yang dilansir Reuters baru-baru ini.
Selain itu, kemajuan teknologi rekayasa genetika memungkinkan beras di masa mendatang bisa tumbuh pada temperatur rendah, tanah yang mengandung garam, dan ekstra vitamin A.
Menurut para ahli, dengan merekayasa gen tertentu pada tanaman pangan membuat tanaman itu bisa "melawan" sinar matahari, bertahan di musim kering, dan mencegah kerusakan yang bisa menimbulkan kanker, kebutaan dan penyakit kronis lain pada tubuh manusia.
"Banyak komponen yang melindungi sel tanaman juga melindungi sel manusia. Pembuktian ketahanan tanaman dari tekanan punya keuntungan samping yang juga meningkatkan kualitas zat gizi tanaman," ujar Dr Barbara Demmig-Adams dan Dr Willian Adams dari Universitas Colorado pada jurnal Science.
Di sisi lain organisasi lingkungan hidup Greenpeace dan kelompok yang lain menilai rekayasa genetika dapat menimbulkan bahaya alergen pada makanan. Pendapat itu bertentangan dengan manipulasi rekayasa genetika pada tanaman.
Dua ahli biologi pasangan suami-istri, Dr Barbara Demmig-Adams dan Dr William Adams mempelajari sebanyak 50 penelitian perihal tanaman pangan transgenik. Keduanya menemukan bahwa tanaman pangan hasil rekayasa genetika menghasilkan antioksidan semacam zeaxanthin dan lutein untuk melindungi daun dan buah dari bahaya matahari, termasuk melindungi mata manusia dari sinar matahari.
Antiokdisan itu meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit kanker serta jantung. Manfaat itu mendorong ilmuwan pada beberapa perusahaan dan para peneliti menciptakan beras yang akan tumbuh pada tanah mengandung garam, dan bisa berkembang pada temperatur rendah dengan ekstra vitamin A.
"Upaya-upaya itu mendorong kandungan antioksidan pada tanaman seimbang. Kami memanipulasi respons terhadap tekanan lingkungan, ketika memperkuat secara simultan kualitas zat gizi dari tanaman pangan," ujarnya.
Dari berbagai penelitian sebelumnya diketahui bahwa memakan lebih banyak tanaman pangan seperti biji-bijian, buah-buahan dan sayur mengurangi risiko kanker, serangan jantung bahkan diabetes mellitus (DM). Penelitian menunjukkan beberapa mekanisme molekul dasar yang memberikan manfaat. Seperti tumbuhan perlu membuang ekses energi melalui proses fotosintesis dan interaksi yang kompleks yang dilakukan gen.
Salah satu produknya adalah zeaxanthin, yang dibuat dari beta carotene, dikenal sebagai prekusor vitamin A. Rekayasa genetika bisa digunakan menciptakan tanaman untuk menghasilkan lebih banyak zeaxanthin.
Menurut Demmig-Adams, molekul makanan masuk ke dalam tubuh dan mengatur gen. Pola makan kaya tanaman lebih bermanfaat dibanding dengan obat-obatan. Pasangan suami istri itu mencatat bahwa hiperaktif, skizofrenia, dan disleksia dapat diperbaiki dengan makanan.
Dijelaskan, asam lemak Omega-3 dapat memberbaiki kondisi itu. Diet dengan lebih banyak mengonsumsi tanaman pangan akan membuat hidup lebih lama dan bekualitas.
Selain itu, kemajuan teknologi rekayasa genetika memungkinkan beras di masa mendatang bisa tumbuh pada temperatur rendah, tanah yang mengandung garam, dan ekstra vitamin A.
Menurut para ahli, dengan merekayasa gen tertentu pada tanaman pangan membuat tanaman itu bisa "melawan" sinar matahari, bertahan di musim kering, dan mencegah kerusakan yang bisa menimbulkan kanker, kebutaan dan penyakit kronis lain pada tubuh manusia.
"Banyak komponen yang melindungi sel tanaman juga melindungi sel manusia. Pembuktian ketahanan tanaman dari tekanan punya keuntungan samping yang juga meningkatkan kualitas zat gizi tanaman," ujar Dr Barbara Demmig-Adams dan Dr Willian Adams dari Universitas Colorado pada jurnal Science.
Di sisi lain organisasi lingkungan hidup Greenpeace dan kelompok yang lain menilai rekayasa genetika dapat menimbulkan bahaya alergen pada makanan. Pendapat itu bertentangan dengan manipulasi rekayasa genetika pada tanaman.
Dua ahli biologi pasangan suami-istri, Dr Barbara Demmig-Adams dan Dr William Adams mempelajari sebanyak 50 penelitian perihal tanaman pangan transgenik. Keduanya menemukan bahwa tanaman pangan hasil rekayasa genetika menghasilkan antioksidan semacam zeaxanthin dan lutein untuk melindungi daun dan buah dari bahaya matahari, termasuk melindungi mata manusia dari sinar matahari.
Antiokdisan itu meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit kanker serta jantung. Manfaat itu mendorong ilmuwan pada beberapa perusahaan dan para peneliti menciptakan beras yang akan tumbuh pada tanah mengandung garam, dan bisa berkembang pada temperatur rendah dengan ekstra vitamin A.
"Upaya-upaya itu mendorong kandungan antioksidan pada tanaman seimbang. Kami memanipulasi respons terhadap tekanan lingkungan, ketika memperkuat secara simultan kualitas zat gizi dari tanaman pangan," ujarnya.
Dari berbagai penelitian sebelumnya diketahui bahwa memakan lebih banyak tanaman pangan seperti biji-bijian, buah-buahan dan sayur mengurangi risiko kanker, serangan jantung bahkan diabetes mellitus (DM). Penelitian menunjukkan beberapa mekanisme molekul dasar yang memberikan manfaat. Seperti tumbuhan perlu membuang ekses energi melalui proses fotosintesis dan interaksi yang kompleks yang dilakukan gen.
Salah satu produknya adalah zeaxanthin, yang dibuat dari beta carotene, dikenal sebagai prekusor vitamin A. Rekayasa genetika bisa digunakan menciptakan tanaman untuk menghasilkan lebih banyak zeaxanthin.
Menurut Demmig-Adams, molekul makanan masuk ke dalam tubuh dan mengatur gen. Pola makan kaya tanaman lebih bermanfaat dibanding dengan obat-obatan. Pasangan suami istri itu mencatat bahwa hiperaktif, skizofrenia, dan disleksia dapat diperbaiki dengan makanan.
Dijelaskan, asam lemak Omega-3 dapat memberbaiki kondisi itu. Diet dengan lebih banyak mengonsumsi tanaman pangan akan membuat hidup lebih lama dan bekualitas.